LEGENDA CERITA RAKYAT
NANGGROE ACEH DARUSSALAM http://Delima.blogspot.com
Si Parkit Raja Parakeet Yang Cerdik
Alkisah diceritakan orangtua dulu di tengah
hutan belantara itu, hiduplah sekawanan
burung parakeet yang hidup damai,
tenteram, dan makmur. Setiap hari mereka
bernyanyi riang dengan suara merdu
bersahut-sahutan dan saling membantu
mencari
makanan.
Kawanan
burung
tersebut dipimpin oleh seorang raja
parakeet yang bernama
Si Parkit.
Namun, di tengah suasana bahagia itu,
kedamaian mereka terusik oleh kedatangan
seorang Pemburu. Ternyata, ia berniat
menangkap dan menjual burung parakeet
tersebut. Pelan-pelan tapi pasti, si Pemburu
itu melangkah ke arah kawanan burung
parakeet itu, lalu memasang perekat di
sekitar sarang-sarangnya.
“Ehm….Aku akan kaya raya dengan menjual
kalian!”, gumam si Pemburu setelah selesai
memasang banyak perekat. Si Pemburu itu
pun tersenyum terus membayangkan uang
yang akan diperolehnya.
Gumaman si Pemburu tersebut didengar
kawanan
burung
parakeet,
sehingga
mereka
menjadi
ketakutan.
Mereka
berkicau-kicau untuk mengingatkan antara satu sama lainnya.
“Hati-hati! Pemburu itu telah memasang perekat di sekitar sarang kita! Jangan sampai tertipu!
Sebaiknya kita tidak terbang ke mana-mana dulu!” seru seekor burung parakeet.
“Ya, betul! Kita memang harus berhati-hati,” sahut burung parakeet yang lain. Namun, karena
harus mencari makan, burung-burung parakeet itu pun keluar dari sarangnya. Alhasil, apa yang
ditakutkan burung-burung parakeet itu pun terjadi. Bencana tak terelakkan, burung-burung
parakeet itu terekat pada perekat si Pemburu. Mereka meronta-ronta untuk melepaskan diri
dari perekat tersebut, namun usaha mereka sia-sia. Kawanan burung parakeet tersebut
menjadi panik dan bingung, kecuali si Parkit, raja parakeet.
Melihat rakyatnya kebingungan, Raja Parakeet berkata,
“Tenang, Rakyatku! Ini adalah perekat yang dipasang si Pemburu. Berarti dia ingin menangkap
kita hidup-hidup. Jadi, kalau kita mati, si Pemburu itu tidak akan mengambil kita. Besok, ketika
si Pemburu itu datang, kita pura-pura mati saja!”, mendegar penjelasan raja Parakeet itu,
rakyatnya terdiam. Sejenak, suasana menjadi hening. Di tengah keheningan itu,
“Berpura-pura mati ? Untuk apa ?”, tanya seekor parakeet, membuat burung parakeet lainnya
menoleh ke arahnya. Si Parkit tersenyum mendengar pertanyaan itu,
http://agathanicole.blogspot.com |Si Parkit Raja Parakeet Yang Cerdik
“Besok, setelah si Pemburu melepaskan kita dari perekat yang dipasangnya, dia akan
memeriksa kita satu per satu. Bila dilihatnya kita telah mati, maka dia akan meninggalkan kita
di sini. Tunggu sampai hitunganku yang ke seratus agar kita dapat terbang secara bersama-
sama!”.
Semua rakyatnya ternganga mendengar penjelasan si Parkit.
“Oh,begitu..!? Baiklah, besok kitaakan berpura-pura mati agardapat bebas dari Pemburu itu!”,
sahut rakyatnya setuju ini, rakyatnya sudah mengerti apa yang direncanakan oleh si Parkit.
Mereka berjanji akan menuruti perintah rajanya.
Keesokan harinya, si Pemburu pun datang. Dengan sangat hati-hati, si Pemburu melepaskan
burung parakeet tersebut satu persatu dari perekatnya. Ia sangat kecewa, karena tak satu pun
burung parakeet yang bergerak. Dikiranya burung parakeet tersebut telah mati semua, ia pun
membiarkannya. Dengan rasa kesal, si Pemburu berjalan seenaknya, tiba-tiba ia jatuh
terpeleset. Kawanan burung parakeet yang berpura-pura mati di sekitarnya pun kaget dan
terbang dengan seketika tanpa menunggu hitungan dari si Parkit.
Si Pemburu pun berdiri kaget, karena ia merasa telah ditipu oleh kawanan burung parakeet itu.
Namun, tiba-tiba ia tersenyum, karena melihat ada seekor burung parakeet yang masih
melekat pada perekatnya. Lalu ia menghampiri burung parakeet tersebut, yang tidak lain
adalah si Parkit.
“Kamu akan kubunuh!”, bentak si Pemburu dengan marah. Si Parkit sangat ketakutan
mendengar bentakan si Pemburu. Si Parkit yang cerdik itu, tidak mau kehilangan akal. Ia segera
berpikir untuk menyelematkan diri, karena ia tidak mau dibunuh oleh si Pemburu itu.
“Ampuni hamba, Tuan! Jangan bunuh hamba! Lepaskan hamba, Tuan!” pinta si Parkit.
“Enak saja! Kamu dan teman-temanmu telah menipuku. Kalau tidak, pasti aku sudah banyak
menangkap kalian!” kata si Pemburu dengan marah.
“Iya. Tapi itu kan bukan salahku. Ampuni hamba, Tuan! Hamba akan menghibur Tuan setiap
hari!” kata si Parkit memohon.
“Menghiburku?” tanya si Pemburu.
“Betul, Tuan. Hamba akan bernyanyi setiap hari untuk Tuan!” seru si Parkit. Si Pemburu diam
sejenak memikirkan tawaran burung parakeet itu.
“Memangnya suaramu bagus?” tanya si Pemburu itu mulai tertarik. Si Parkit pun bernyanyi.
Suara si Parkit yang merdu itu berhasil mumbujuk si Pemburu, sehingga ia tidak jadi dibunuh.
“Baiklah, aku tidak akan membunuhmu, tapi kamu harus bernyanyi setiap hari!” kata si
Pemburu. Karena takut dibunuh, si Parkit pun setuju.
Setelah itu, si Pemburu membawa si Parkit pulang. Sesampai di rumahnya, si Parkit tidak
dikurung dalam sangkar, tapi salah satu kakinya diikat pada tiang yang cukup tinggi. Sejak saat
itu, setiap hari si Parkit selalu bernyanyi untuk menghibur si Pemburu itu. Si Pemburu pun
sangat senang mendengarkan suara si Parkit.
“Untung….aku tidak membunuh burung parakeet itu”, ucap si Pemburu. Ia merasa beruntung,
karena banyak orang yang memuji kemerduan suara si Parkit. Sampai pada suatu hari,
kemerduan suara si Parkit tersebut terdengar oleh Raja Aceh di istananya.
Raja Aceh itu ingin agar burung parakeet itu menjadi miliknya. Sang Raja memanggil si Pemburu
menghadap kepadanya. Si Pemburu pun datang ke istana dengan perasaan bimbang, karena ia
sangat sayang pada si Parkit. Sampai di hadapan Raja Aceh, ia tidak bersedia memberikan si
Parkit yang bersuara merdu itu kepada Sang Raja.
http://agathanicole.blogspot.com |Si Parkit Raja Parakeet Yang Cerdik
“Ampun, Baginda! Hamba tidak bermaksud menentang keinginan Baginda!” kata si Pemburu
memberi hormat.
“Lalu, kenapa kamu tidak mau memberikan burung itu?” tanya sang Raja.
“Ampun, Baginda! Mohon beribu ampun! Hamba sangat sayang pada burung tersebut. Selama
ini hamba telah memeliharanya dengan baik”, jawab si Pemburu. Mendengar jawaban itu, sang
rajapun berkata,
“Kalau begitu, bagaimana jika kuganti dengan uang yang sangat banyak.?”, sang Raja
menawarkan. Pemburu itu pun terdiam sejenak memikirkan tawaran itu. Tidak lama,
“Ampun, Baginda! Jika Baginda benar-benar menyukai burung parakeet tersebut, silakan kirim
pengawal untuk mengambilnya!” kata si Pemburu sambil memberi hormat. Sang Raja sangat
senang mendengar jawaban si Pemburu. Ia pun segera memerintahkan beberapa pengawalnya
untuk mengambil burung parakeet tersebut dan menyerahkan uang yang dijanjikannya kepada
si Pemburu.
Si Parkit pun dibawa ke istana dan dimasukkan ke dalam sangkar emas. Setiap hari si Parkit
disediakan makanan yang enak. Meksipun semuanya serba enak, namun si Parkit tetap tidak
senang, karena ia merasa terpenjara. Ia ingin kembali ke hutan belantara tempat tinggalnya
dulu, agar ia bisa terbang bebas bersama rakyatnya. Karena merasa sedih, si Parkit sudah
beberapa hari tidak mau menyanyi untuk sang Raja. Mengetahui burung parakeetnya tidak
mau menyanyi lagi, sang Raja mulai bimbang memikirkan burung parakeetnya. Karena ingin
tahu keadaan burung itu yang sebenarnya, maka sang Raja pun memanggil petugas istana,
“Kenapa burung parakeetkutidak mau bernyanyi lagi beberapa hari ini? Dia sakit, ya?”. Petugas
Istana itu menjawab,
“Maaf, Tuanku. Hamba juga tidak tahu apa sebabnya. Saya telah memberinya makan seperti
biasanya, tetapi tetap saja ia tidak mau bernyanyi,”. Mendengar jawaban dari Petugas Istana
tersebut, Raja Aceh menjadi sedih melihat burung parakeetnya yang tidak mau bernyanyi lagi.
“Ada apa, ya?” gumam sang Raja. Beberapa hari kemudian, si Parkit bahkan tidak mau
memakan apa pun yang disediakan di dalam sangkar emasnya. Ia terus teringat pada hutan
belantara tempat tinggalnya dulu. Si Parkit pun mulai berpikir,
“Bagaimana caranya ya....aku bisa keluar dari sangkar ini?”, gumam si Parkit. Tak lama, ia pun
menemukan akal,
“Aahh....aku harus berpura-pura mati lagi!”, si Parkit tersenyum sambil membayangkan dirinya
lepas dan terbang tinggi. Akhirnya, pada suatu hari, ia pun berpurapura mati. Petugas Istana
yang mengetahui si Parkit mati segera menghadap sang Raja.
“Ampun, Tuanku. Hamba sudah merawat dan memelihara sebaik mungkin, tapi burung
parakeet ini tidak tertolong lagi. Mungkin karena sudah tua,” kata Petugas Istana melaporkan
kematian si Parkit.
Sang Raja sangat sedih mendengar berita
kematian burung parakeetnya, sebab
tidak akan ada lagi yang menghiburnya.
Meskipun sang Raja masih memiliki
burung parakeet yang lain,
tetapi
suaranya tidak semerdu si Parkit. Karena
si Parkit tidak bisa tertolong lagi,
“Siapkan upacara penguburan! Kuburkan
burung parakeetku itu dengan baik!”
perintah sang Raja.
“Siap, Tuanku! Hamba laksanakan!” sahut
Petugas Istana. Penguburan si Parkit akan
dilaksanakan dengan upacara kebesaran
kerajaan.
Pada
saat
persiapan
penguburan, si Parkit dikeluarkan dari
sangkarnya karena dianggap sudah mati.
Ketika ia melihat semua orang sibuk,
dengan cepatnya ia terbang setinggi-
tingginya. Di udara ia berteriak dengan
riang gembira, “Aku bebaasss...!!!
Aku bebaasss....!!!. Orang-orang hanya
terheran-heran melihat si Parkit yang
dikira sudah mati itu bisa terbang tinggi.
Akhirnya si Parkit yang cerdik itu bebas
terbang ke hutan belantara tempat tinggalnya dulu yang ia cintai. Kedatangan si Parkit pun
disambut dengan meriah oleh rakyatnya. Akhirnya, Si Parkit, Raja Parakeet Yang Cerdik,
kembali tempat tinggalnya.
Kisah Tujuh Bersaudara Yang Berbakti
Pada jaman dahulu
di sebuah
kampung di daerah Nanggro Aceh
Darussalam, ada sepasang suami-
istri yang mempunyai tujuh orang
anak laki-laki yang masih kecil. Anak
yang paling tua berumur sepuluh
tahun,
sedangkan
yang
paling
bungsu berumur dua tahun. Untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka,
sepasang suami-istri itu menanam
sayur-sayuran untuk dimakan sehari-
hari dan sisanya dijual ke pasar.
Meskipun
serba
pas-pasan,
kehidupan mereka senantiasa rukun,
damai, dan tenteram.
Pada suatu waktu, kampung mereka
dilanda
musim
kemarau
yang
berkepanjangan. Semua tumbuhan
mati karena kekeringan. Penduduk
kampung pun mulai kekurangan
makanan.
Persediaan
makanan
mereka
semakin
hari
semakin
menipis, sementara musim kemarau
tak kunjung usai. Akhirnya, seluruh
penduduk
kampung
menderita
kelaparan, termasuk keluarga sepasang suami-istri bersama tujuh orang anaknya itu.
Melihat keadaan tersebut, sepasang suami-istri tersebut menjadi panik. Tanaman sayuran yang
selama ini menjadi sumber penghidupan mereka tidak lagi tumbuh. Sementara mereka tidak
mempunyai pekerjaan lain kecuali menanam sayur-sayuran di kebun. Mereka sudah berpikir
keras mencari jalan keluar dari kesulitan tersebut, namun tidak menemukan jawabannya.
Akhirnya, mereka bersepakat hendak membuang ketujuh anak mereka ke sebuah hutan yang
letaknya jauh dari perkampungan.
Pada suatu malam, saat ketujuh anaknya sedang tertidur pulas, keduanya bermusyawarah
untuk mencari cara membuang ketujuh anak mereka.
“Pak ! Bagaimana caranya agar tidak ketahuan anak-anak?” tanya sang Istri bingung.
“Besok pagi anak-anak kita ajak pergi mencari kayu bakar ke sebuah hutan yang letaknya cukup
jauh. Pada saat mereka beristirahat makan siang, kita berpura-pura mencari air minum di
sungai,” jelas sang Suami.
“Baik, Pak !” sahut sang Istri sepakat. Tanpa mereka sadari, rupanya anak ketiga mereka yang
pada waktu itu belum tidur mendengar semua pembicaraan mereka.
Keesokan harinya, sepasang suami-istri itu mengajak ketujuh putranya ke hutan untuk mencari
kayu bakar. Sesampainya di hutan yang terdekat, sang Ayah berkata kepada mereka:
“Anak-anakku semua! Sebaiknya kita cari hutan yang luas dan banyak pohonnya, supaya kita
bisa mendapatkan kayu bakar yang lebih banyak lagi,” ujar sang Ayah.
“Baik, Ayah!” jawab ketujuh anak lelaki itu serentak. Setelah berjalan jauh, sampailah mereka
di sebuah hutan yang amat luas. Alangkah gembiranya mereka, karena di hutan itu terdapat
banyak kayu bakar. Mereka pun segera mengumpulkan kayu bakar yang banyak berserakan.
Ketika hari menjelang siang, sang Ibu pun mengajak ketujuh anaknya untuk beristirahat
melepas lelah setelah hampir setengah hari bekerja.
Pada saat itulah, sepasang suami istri itu hendak mulai menjalankan recananya ingin
meninggalkan ketujuh anak mereka di tengah hutan itu.
“Wahai anak-anakku! Kalian semua beristirahatlah di sini dulu. Aku dan ibu kalian ingin mencari
sungai di sekitar hutan ini, karena persediaan air minum kita sudah habis,” ujar sang Ayah.
“Baik, Ayah!” jawab ketujuh anak itu serentak.
“Jangan lama-lama ya, Ayah... Ibu...!’” sahut si Bungsu.
“Iya, Anakku!” jawab sang Ibu lalu pergi mengikuti suaminya.
Sementara itu, setelah menunggu beberapa lama dan kedua orangtua mereka belum juga
kembali, ketujuh anak itu mulai gelisah. Mereka cemas kalau-kalau kedua orangtua mereka
mendapat musibah. Akhirnya, si sulung pun mengajak keenam adiknya untuk pergi menyusul
kedua orangtua mereka. Namun, sebelum meninggalkan tempat itu, anak ketiga tiba-tiba
angkat bicara.
“Abang! Tidak ada gunanya kita menyusul ayah dan ibu. Mereka sudah pergi meninggalkan kita
semua,” kata anak ketiga.
“Apa maksudmu, Dik?” tanya si Sulung.
“Tadi malam, saat kalian sudah tertidur nyenyak, aku mendengar pembicaraan ayah dan ibu.
Mereka sengaja meninggalkan kita di tengah hutan ini, karena mereka sudah tidak sanggup lagi
menghidupi kita semua akibat kemarau panjang,” jelas anak ketiga.
“Kenapa hal ini baru kamu ceritakan kepada kami?” tanya anak kedua.
“Aku takut ayah dan ibu murka kepadaku, Bang,” jawab anak ketiga.
Akhirnya ketujuh anak itu tidak jadi pergi menyusul kedua orangtuanya, apalagi hari sudah
mulai gelap. Mereka pun segera mencari tempat perlindungan dari udara malam. Untungnya,
tidak jauh dari tempat mereka berada, ada sebuah pohon besar yang batangnya berlubang
seperti gua. Mereka pun beristirahat dan tidur di dalam lubang kayu itu hingga pagi hari.
“Bang! Apa yang harus kita lakukan sekarang? Ke mana kita harus pergi?” tanya si anak kedua.
“Kalian tunggu di sini! Aku akan memanjat sebuah pohon yang tinggi. Barangkali dari atas
pohon itu aku dapat melihat kepulan asap. Jika ada, itu pertanda bahwa di sana ada
perkampungan,” kata si Sulung. Ternyata benar, ketika berada di atas pohon, si Sulung melihat
ada kepulan asap dari kejauhan. Ia pun segera turun dari pohon dan mengajak keenam adiknya
menuju ke arah kepulan asap tersebut. Setelah berjalan jauh, akhirnya sampailah mereka di
http://agathanicole.blogspot.com |Kisah Tujuh Bersaudara Yang
Berbakti
sebuah perkampungan. Alangkah terkejutnya mereka ketika melihat sebuah rumah yang
sangat besar berdiri tegak di pinggir kampung.
“Hei lihatlah! Besar sekali rumah itu,” seru anak keempat.
“Waaahhh... jangan-jangan itu rumah raksasa,” sahut anak keenam. Baru saja kata-kata itu
terlepas dari mulutnya, tiba-tiba terdengar suara keras dari dalam rumah itu meminta mereka
masuk ke dalam rumah. Beberapa saat kemudian, penghuni rumah itu pun keluar. Rupanya,
dia adalah raksasa betina.
“Hei, anak manusia! Kalian siapa?” tanya Raksasa Betina itu.
“Kami tersesat, ! Orang tua kami meninggalkan kami di tengah hutan,” jawab si Sulung.
Mendengar keterangan itu, tiba-tiba si Raksasa Betina merasa iba kepada mereka. Ia pun
segera mengajak mereka masuk ke dalam rumahnya, lalu menghidangkan makanan dan
minuman kepada mereka. Oleh karena sudah kelaparan, ketujuh anak itu menyantap makanan
tersebut dengan lahapnya.
“Habiskan cepat makanan itu, lalu naik ke atas loteng! Kalau tidak, kalian akan dimakan oleh
suamiku. Tidak lama lagi ia datang dari berburu,” ujar Raksasa Betina. Oleh karena takut
dimakan oleh Raksasa Jantan, mereka pun segera menghabiskan makanannya lalu bergegas
naik ke atas loteng untuk bersembunyi. Tidak lama kemudian, Raksasa Jantan pun pulang dari
berburu. Ketika membuka pintu rumahnya, tiba-tiba ia mencium bau makanan enak.
“Waaahhh... sedapnya!” ucap raksasa jantan sambil menghirup bau sedap itu.
“Bu ! Sepertinya ada makanan enak di rumah ini. Aku mencium bau manusia. Di mana kamu
simpan mereka?” tanya Raksasa Jantan kepada istrinya.
“Aku menyimpan mereka di atas loteng. Tapi mereka masih kecil-kecil. Biarlah kita tunggu
mereka sampai agak besar supaya enak dimakan,” jawab Raksasa Betina.
Si Raksasa Jantan pun menuruti perkataan istrinya. Selamatlah ketujuh anak itu dari ancaman
Raksasa Jantan. Keesokan harinya, ketika si Raksasa Jantan kembali berburu binatang ke hutan,
si Raksasa Betina pun segera menyuruh ketujuh anak lelaki itu pergi. Namun, sebelum mereka
pergi, ia membekali mereka makanan seperlunya selama dalam perjalanan. Bahkan, si Raksasa
Betina yang baik itu membekali mereka dengan emas dan intan.
“Bawalah emas dan intan ini, semoga bermanfaat untuk masa depan kalian,” kata Raksasa
Betina.
“Terima kasih, ! Ibu memang raksasa yang baik hati,” ucap si Sulung seraya berpamitan.
Setelah berjalan jauh menyusuri hutan lebat, menaiki dan menuruni gunung, akhirnya tibalah
mereka di tepi pantai. Mereka pun segera membuat perahu kecil lalu berlayar mengarungi
lautan luas. Setelah beberapa lama berlayar, tibalah mereka di sebuah negeri yang diperintah
oleh seorang raja yang adil dan bijaksana. Di negeri itu mereka menjual semua emas dan intan
pemberian raksasa kepada seorang saudagar kaya. Hasil penjualan tersebut, mereka gunakan
untuk membeli tanah perkebunan. Masing-masing mendapat tanah perkebunan yang cukup
luas. Ketujuh bersaudara itu sangat rajin bekerja dan senantiasa saling membantu.
Beberapa tahun kemudian, mereka pun telah dewasa. Berkat kerja keras selama bertahun-
tahun, akhirnya mereka memiliki harta kekayaan yang banyak. Kemudian masing-masing dari
http://agathanicole.blogspot.com |Kisah Tujuh Bersaudara Yang
Berbakti
mereka membuat rumah yang cukup bagus. Ketujuh lelaki itu pun hidup damai, tenteram dan
sejahtera.
Pada suatu hari, si Bungsu tiba-tiba teringat dan merindukan kedua orangtuanya. Ia pun segera
mengundang keenam kakaknya datang ke rumahnya untuk bersama-sama pergi mencari kedua
orangtua mereka.
“Maafkan aku, Kakakku semua! Aku mengundang kalian ke sini, karena ingin mengajak kalian
untuk pergi mencari ayah dan ibu. Aku sangat merindukan mereka, dan aku yakin, mereka pasti
masih hidup,” ungkap si Bungsu kepada saudara-saudaranya.
“Iya, Adikku! Kami juga merasakannya seperti itu. Kami sangat rindu kepada ayah dan ibu yang
telah melahirkan kita semua,” tambah anak keenam.
“Baiklah kalau begitu! Besok pagi kita bersama-sama pergi mencari mereka. Apakah kalian
setuju?” tanya si Sulung.
“Setuju!” jawab keenam adiknya serentak.
Keesokan harinya, berangkatlahketujuh orang bersaudara itu mencari kedua orangtua mereka.
Setelah berlayar mengarungi lautan luas, tibalah mereka di sebuah pulau. Di pulau itu, mereka
berjalan dari satu kampung ke kampung lain. Sudah puluhan kampung mereka datangi, namun
belum juga menemukannya. Hingga pada suatu hari, mereka pun menemukan kedua orangtua
mereka di sebuah kampung dalam keadaan menderita. Ketujuh orang bersaudara itu sangat
sedih melihat kondisi kedua orangtua mereka. Akhirnya, mereka membawa orangtua mereka
ke tempat tinggal mereka untuk hidup dan tinggal bersama di rumah yang bagus.
Sejak itu, kedua orangtua itu berkumpul kembali dan hidup bersama dengan ketujuh orang
anaknya. Mereka senantiasa menyibukkan diri beribadah kepada Tuhan Yang Mahakuasa.
Segala keperluannya sudah dipenuhi oleh ketujuh orang anaknya yang sudah cukup kaya.
Sebuah cerita yang penuh suri toladan bagi kita anak-anak, meskipun orangtua bersalah kita
sebagai anak, tak boleh mendurhakai orangtua kita, berbakti pada orangtua dalam ajaran
agama apapun adalah wajib hukumnya.
=== S E L E S A I ===
wdcfawqafwef
Laman
About Me
Pages
Home
»
DONGENG
»
Si Parkit Raja Parakeet Yang Cerdik dan Kisah Tujuh Bersaudara Yang Berbakti LEGENDA CERITA RAKYAT NANGGROE ACEH DARUSSALAM
Next
« Prev Post
« Prev Post
Previous
Next Post »
Next Post »
Powered by Blogger.
Komentar
Paling Dilihat
-
Seja r a h Sen i R up a T e r apa n N usan t a r a Kary a sen i rup a terapa n Nusantar a adala h karya s...
-
(GUS DUR) OLIM PIADE "cerita tentang peristiwa yang pernah terjadi di suriah. Pada waaktu olimpiade"Hampir tak ada Negara yang rela ketinggalan mengikuti olimpiade, acara empat tahun sekali itu merupakan salah satu acara promosi ...
-
Pengertian Mawaris Kata mawaris secara etimologi adalah jamak dari kata tunggal mirats yang artinya warisan, Mawaris juga dise...
-
CITA-CITA PERGERAKAN MAHASISWA Oleh : Syaifuddin* Pergerakan diidentikan dengan perubahan secara mendasar menuju inovasi dan perkemba...
-
TUGAS UAS MATA KULIAH SEMINAR KEBIJAKAN DAN PROFESI PENDIDIKAN ISLAM 1. Bagaimana tahap-tahap implementasi kebijakan pendidikan...
-
Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan, memanipulasi, dan menganalis...
-
RAJAH DAN AZIMAT............ segala macam ihtiar itu diperbolehkan dengan tujuan beribadah/mendekatkan diri pada ALLAH swt. ...
-
BASIS PEREKONOMIAN PESANTREN Pesantren pada mulanya merupakan pusat penggemblengan nilai-nilai dan penyiaran agama.Namun, dalam perke...
Blog Archive
-
▼
2015
(
80
)
-
▼
December
(
80
)
- Sebuah Kenangan
- SISTEMATIKA PENULISAN PROPOSAL BUSINESS PLAN
- BALADA CINTA
- Demokrasi dan ekonomi
- COWOK harus tahu 5 sifat cewek berdasarkan cara/po...
- CONTOH PIDATO PERPISAHAN MURID KLS IX
- Dampak Negatif Politik Uang
- Bercermin dari generasi muda pertama Islam
- CITA-CITA PERGERAKAN MAHASISWA
- BIOGRAFI GUSDUR
- Pahlawan NasionaIndonesia Cut nyak Meutia
- ANDE ANDE LUMUT
- Media Sosial Sebagai Sarana Pembelajaran
- Referensi tahlillan
- TUGAS UAS MATA KULIAH SEMINAR KEBIJAKAN DAN PROFES...
- TEORI ORGANISASI HENRI FAYOL dan KETERBATASANNYA
- LEGEND FOLKTALE ACEH
- Unsur-unsur Berita
- LEGENDA CERITA RAKYAT asal mula orang batak minum...
- LEGENDA PUTRI TANDAMPALIK
- CERITA RAKYAT HIKAYAT BUNGA KEMUNING
- manuver tragedi pesawat jet TNI AU T 50i Golden Ea...
- gerry metalica dibalik kerudung
- sholawat insiden pesawat jet jatuh dalam Gebyar Di...
- Terima kasih ibu :'(
- penyebab infeksi malaria (Etiologi )
- KBK: antara Harapan dan Kenyataan
- Pengertian Remaja ‘Aqil Baligh dan Pendidikan Seks
- PERAN GURU DAN ORANG TUA DALAM PENERAPAN BIMBINGAN...
- PENDIDIKAN SEKS PADA REMAJA ‘AQIL BALIGH (TINJAUA...
- Indera Manusia
- Membumikan Wawasan Lingkungan
- BERAKSI LEWAT TULISAN
- MUTILASI penuh berkah
- ''Dua Kursi'' Monata Live Kudus
- Pertolongan Pertama Gawat Darurat
- FAKTOR DAN ASPEK KONSEP DIRI
- PSIKOLOGI JATUH CINTA dan PENGARUH KETIKA SESEORAN...
- LEGENDA BARU KLINTING
- METODE PENELITIAN
- cerpen Kabut Pelangi
- CONTOH MAKALAH PROSEDUR PEMILIHAN PRESIDEN DI INDO...
- SAUDAGAR JERAMI dan GONBE DAN 100 ITIK
- Bentuk-bentuk Muka Bumi
- Sejarah Sepak Bola
- AJI SAKA dan JACK DAN POHON KACANG (dongeng)
- TIMUN EMAS dan CINDELARAS
- DONGENG ASAL MULA TUMBUHAN PADI LEGENDA CERITA RAK...
- Kisah Batu Mustika Bertuah dan BANTA SEUDANG (LEG...
- Si Parkit Raja Parakeet Yang Cerdik dan Kisah Tuju...
- Rahasia CIA dibalik G-30-S
- Sejarah Seni Rupa Terapan Nusantara
- KUMPULAN DONGENG DAN HIKMAHNYA
- Memahami Prosedur Membaca Puisi dan tehnik
- kumpulan lirik lagu india terpopuler
- Langkah-langkah agar bisa menceritakan kembali isi...
- Manfaat Pisang Untuk Kesehatan Serta Cara Pengguna...
- 13 kata “JANGAN MENUNGGU” yg perlu dihindari:
- Manfaat tanaman sawi
- Contoh dialog request
- Teks Anekdot
- Membuat Film Dokumenter
- CHAT GTA,,,GAME
- Cerpen Cinta
- KAIDAH USHUL FIQIH DAN PENJELASAN
- NARKOTIKA
- Pengertian SIG
- unsur - unsur SENI rupa
- Pengertian Qurban dan latar belakang historis
- Komputer Dari Masa ke Masa
- Pengertian Banjir DAN penyebabnya
- Tujuan FASHION Berbusana
- tulisan azimat dan rajah..... copas dari sebelah :)
- CONTOH SOAL ULANGAN UMUM. MATE MATIKA
- CONTOH MAKALAH LENGKAP + DAFTAR PUSTAKA (KESEHATAN...
- CONTOH KARYATULIS MENGENAL MUSEUM IPTEK.
- MACAM DAN PENGERTIAN VIRUS
- Artikel Friendship
- pengertian KB
- Kenakalan Remaja
-
▼
December
(
80
)
Popular Posts
-
Seja r a h Sen i R up a T e r apa n N usan t a r a Kary a sen i rup a terapa n Nusantar a adala h karya s...
-
(GUS DUR) OLIM PIADE "cerita tentang peristiwa yang pernah terjadi di suriah. Pada waaktu olimpiade"Hampir tak ada Negara yang rela ketinggalan mengikuti olimpiade, acara empat tahun sekali itu merupakan salah satu acara promosi ...
-
Pengertian Mawaris Kata mawaris secara etimologi adalah jamak dari kata tunggal mirats yang artinya warisan, Mawaris juga dise...
-
CITA-CITA PERGERAKAN MAHASISWA Oleh : Syaifuddin* Pergerakan diidentikan dengan perubahan secara mendasar menuju inovasi dan perkemba...
-
TUGAS UAS MATA KULIAH SEMINAR KEBIJAKAN DAN PROFESI PENDIDIKAN ISLAM 1. Bagaimana tahap-tahap implementasi kebijakan pendidikan...
-
Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan, memanipulasi, dan menganalis...
-
RAJAH DAN AZIMAT............ segala macam ihtiar itu diperbolehkan dengan tujuan beribadah/mendekatkan diri pada ALLAH swt. ...
-
BASIS PEREKONOMIAN PESANTREN Pesantren pada mulanya merupakan pusat penggemblengan nilai-nilai dan penyiaran agama.Namun, dalam perke...
0 Komentar untuk " Si Parkit Raja Parakeet Yang Cerdik dan Kisah Tujuh Bersaudara Yang Berbakti LEGENDA CERITA RAKYAT NANGGROE ACEH DARUSSALAM "