Pages

PENDIDIKAN SEKS PADA REMAJA ‘AQIL BALIGH (TINJAUAN PSIKOLOGI ISLAMI)

Pembicaraan tentang seks, hampir setiap hari kita dengar dalam pergaulan sehari-hari maupun dalam pemberitaan media massa seperti, surat kabar, radio, televisi, majalah dan lain-lain. Selain itu masalah seks juga sering dibicarakan dalam seminar-seminar yang diadakan oleh pelajar, mahasiswa, maupun organisasi kepemudaan. Hal ini menunjukkan bahwa masalah seks bukanlah menjadi suatu masalah yang tabu. Masalah seks perlu diberikan kepada remaja termasuk remaja ‘aqil baligh.
Kebutuhan remaja dalam membicarakan masalah seks merupakan hal yang wajar, sebab bersamaan dengan perkembangan fisik dan psikisnya secara normal, remaja memiliki dorongan seksual yang memerlukan penyaluran secara mestinya. Namun demikian pada kenyataannya penyaluran tersebut tidak mudah bagi mereka karena berbenturan dengan hukum agama dan norma-norma masyarakat.
Bagi remaja khususnya remaja ‘aqil baligh, benturan antara kebutuhan seksual dengan norma-norma agama dan norma masyarakat yang hanya mengizinkan penyaluran seks setelah acara perkawinan, merupakan problem yang sangat besar. Karena pada umunya remaja ‘Aqil Baligh belum siap melakukan perkawinan dengan alasan belum cukup umur atau belum siap mental, ekonomi atau dengan alasan yang lain. Hal tersebut telah ditegaskan oleh Rahayu Haditono bahwa :
“Dalam bidang seksual sebaliknya, tidak secara ada alasan untuk melakukan tingkah laku seksual, karena adanya norma-norma agama dan norma-norma sosial masyarakat yang hanya memperbolehkan hubungan sosial dalam perkawinan. Hal ini menimbulkan ketegangan-ketegangan batin bagi remaja.”[1]
Dalam kondisi tersebut, banyak remaja yang melakukan penyaluran dorongan seks secara sembunyi tanpa memperhatikan efek samping yang menimpa dirinya. Seperti Onani, masturbasi, melaksanakan seks dengan kawan dan sebagainya.
Karena dorongan seks itu timbul yang demikian itu merupakan hal yang masih baru dan belum bertanggung jawab karena masih mengikuti kesenangan sesaat, dan belum berfikir lebih jauh.[2]
Cara-cara penyaluran dorongan seksual tersebut jelas bertentangan dengan norma ajaran agama, karena perbuatan tersebut telah mendekati zina. Sebagaimana diterangkan dalam Al Qur’an sebagai berikut :



           
Artinya: “Janganlah kamu mendekati zina, karena zina itu sesungguhnya perbuatan keji dan buruk akibatnya.” (Q.S. Al Isra’ : 32) [3]

Padahal remaja ‘Aqil Baligh sebagai penerus cita-cita bangsa dalam pembangunan dimasa depan, haruslah memiliki mental yang kokoh dan bermoral yang tinggi, agar pembangunan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang diharapkan.
Banyaknya remaja ‘Aqil Baligh yang malakukan sesuatu perbuatu seks yang mendekati zina dan bahkan sampai melakukan zina, dapat menimbulkan keresahan masyarakat khususnya pengamat sosial; dan tokoh masyarakat seperti pemuka agama. Dalam hal ini Zakiah Daradjat mengatakan bahwa :
“Belakangan ini kita banyak mendengarkan keluhan orang tua, ahli pendidikan dan orang-orang yang berkecimpung dalam bidang agama dan sosial, anak-anak yang berumur belasan tahun dan mulai remaja banyak yang sukar dikendalikan, nakal, keras kepala, berbuat keonaran, maksiat dan hal-hal yang mengganggu ketentraman umum.”[4]
Dari beberapa hal yang telah dijalaskan dimuka tersebut, maka semakin jelas bahwa manusia hidup memerlukan pendidikan dalam perkembangannya. Karena pendidikan merupakan kegiatan antar manuisa dan untuk manusia sebab manusialah yang harus sadar melaksanakan usaha pendidikan untuk manusia lainnya.
Bila diamati lebih jauh, akan timbul suatu pertanyaan mendasar tentang bagaimana masalah seks yang harus diberikan kepada remaja ‘Aqil Baligh, mengingat usia ‘Aqil Baligh, remaja telah mengalami perubahan fisik biologisnya, maka kemasakan hormon dalam tubuhnya sangat mempengaruhi kemasakan seksualnya dengan timbulnya dorongan-dorongan seksual yang semakin menggelora.[5]
Berbicara mengenai remaja ‘Aqil Baligh, hubungannya dengan pendidikan seks, kita ketahui bahwa keberadaan remaja adalah mereka yang telah meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan dan menuju masa pembentukan tanggung jawab. Masa remaja ‘Aqil Baligh ditandai dengan pengalaman-pengalaman baru yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan dan dialami. Dalam bidang fisik biologisnya maupun psikis. Minat terhadap jenis kelamin lain mulai berkembang dalam arti khusus, sedangkan pengenalan terhadap diri sendiri masih kurang. Perkembangan kejiwaan yang tidak mendapat penjelasan sebagaimana mestinya akan selalu merupakan pertanyaan yang mengganggu dan sangat mengusik ketenangan mereka.





[1] FJ. Monkers dan AMP. Knoers, Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Bagiannya, Terj. Prof. Dr. Siti Rahayu Haditono, Gajah Mada University Press, 1999,  halaman 229-230.

[2] Ahmad Azhar Abu Miqdad, Perndidikan Seks Bagi Remaja, Mitra Pustaka, yogyakarta, 2000,  halaman 40.

[3] Team penterjemah DEPAG RI, Al Qur’an Dan Terjemahannya¸CV. Thoha Putra, Jakarta, 1989, halaman 49
[4] Prof. Dr. Zakiah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral Di Indonesia, Bulan Bintang, Jakarta, 1997, halaman 10.

[5] Drs. Hasan Basyri, Remaja Berkualitas,Pustaka Pelajar, Yigyakarta, 2000, halaman 4.

Share this article :
+
0 Komentar untuk " PENDIDIKAN SEKS PADA REMAJA ‘AQIL BALIGH (TINJAUAN PSIKOLOGI ISLAMI) "

Powered by Blogger.

Komentar

Paling Dilihat