Dampak Negatif Politik Uang
Sebagai wujud negara yang menganut sistem demokrasi, Pemilu merupakan
salah satu item yang mempunyai peran yang cukup signifikan. Oleh karenanya
suatu bangsa dapat menentukan siapa saja yang akan memperjuangkan aspirasi
mereka dalam pemerintahan dalam jangka waktu lima tahun. Baik itu Presiden,
Gubernur, atau Bupati. Slogan " Dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat" yang sering digembor-gemborkan sebagai prinsip demokrasi,
dijadikan salah satu landasan adanya pemilu.
Meninjau kembali keadaan Indonesia sebelum dilaksanakannya pencoblosan/
pencontrengan dalam Pemilu legeslatif 2009 kemarin, yang ramai dengan hingar
bingar pesta demokrasi beserta atribut-atributnya. Dengan banyaknya parpol, dapat
dikatakan pemilu saat itu begitu kompetitif dan diperkirakan tahun depan akan
semakin kompetitif. Pengurus parpol saling berupaya meraup simpatisan sebanyak-banyaknya,
baik itu melalui media elektronik seperti memasang iklan di radio dan TV maupun
melalui media cetak seperti memajang gambar dengan janji-janjinya di koran atau
majalah yang beredar di daerah pemilihannya.
Usaha para parpol dalam menyambut pemilu ini tentu saja tidak
menghabiskan dana yang sedikit, walaupun ada sebagian pengurus parpol hanya
dengan dana yang pas-pasan. Akan tetapi pada umumnya parpol atau caleg dari
parpol tadi tidak segan-segan untuk mempertaruhkan hartanya guna memuluskan
tujuan politisnya. Umumnya mereka beranggapan dengan modal yang banyak,
peluangnya akan semakin mudah tercapai.
Pertarungan di kancah perpolitikan semisal Pemilu pasti akan
melahirkan pihak yang menang dan kalah. Bagi yang menang, mereka bisa bernapas
lega sambil menatap masa depannya. Tapi bagi pihak yang kalah, rasa kecewa
pasti ada, disertai sikap atau prilaku berbeda-beda. Bagi yang kalah dan merasa
dirugikan, mereka akan berusaha menuntut ketidakadilan dan mengadukan kerugiannya
baik itu berupa kecurangan atau tindakan yang tidak berpihak kepada mereka.
Tapi bagi yang benar-benar telah kalah, rasa tertekan yang berpotensi pada
depresi bahkan stress berat dapat saja terjadi.
Seseorang yang mengalami tekanan jiwa yang cukup berat biasanya telah
menguras tenaga dan hartanya pada saat kampanye. Atau bahkan ada yang sampai
menghutang sekian banyak uang akan tetapi tidak berhasil meraup suara banyak yang
pada akhirnya merugi besar. Sebelumnya mereka yang kalah mungkin beranggapan
dengan menang dan menjadi anggota DPR, bayarannya cukup untuk balik modal,
menebus pengeluaran yang digunakannya dalam kampanye. Dan apabila gajinya masih
kurang untuk balik modal serta mendanai partainya, dengan kekuasaanya mereka
bisa saja menerima praktek lain walaupun hal itu ilegal dan melanggar. Semisal
menerima suap atau bahkan KKN.
Seorang politisi yang bijak seharusnya menanggapi atau merespon
positif terhadap fenomena manang atau kalah dalam pemilu. Positif dalam arti
lebih dewasa menerima hasil bagaimanapun dalam pemilu, baik itu kalah atau
menang. Bagi pihak yang menang, lebih baik memikirkan ke depan bagaimana
memikul tanggung jawab yang besar sebagai anggota dewan perwakilan rakyat.
Jangan sampai terlalu larut dalam pesta kemenangan yang akhirnya berimbas
negatif terhadap rakyat yang diwakilinya.
Umumnya para caleg yang mengalami depresi berat adalah efek dari
berpolitik uang Dari segi sosial, sebenarnya praktek tersebut malah
justru membuat mental masyarakat kita semakin sulit untuk menerima pesta
demokrasi tanpa money politic. Pemilu yang benar-benar demokratis adalah
yang dipilih oleh rakyat sesuai dengan hati nuraninya, tanpa ada mobilisasi dan
paksaan dengan iming-iming uang atau hal-hal lainnya. Bermain uang malah
berpotensi meningkatkan level tekanan jiwa atau depresi seseorang jika kalah
dalam pemilu.
Seorang caleg yang dewasa dan bijak apabila mengalami kekalahan, dalam
arti benar-benar kalah tanpa ada kecurangan, justru menerima kepahitan ini
dengan lapang dada. Hal itu dijadikannya pengalaman hidup yang sangat berharga
sekaligus sebagai wahana introspeksi dirinya. Atau bahkan dia menganggap
kegagalannya adalah suatu kesuksesan yang tertunda, sehingga dia pun siap maju lagi sebagai caleg pada pemilu mendatang. Kekalahannya
direspon dengan hati dingin tanpa emosi atau tidak terlalu tertekan jiwanya.
Kalau dia sangat emosi atau bahkan sampai kurang waras alias gila hanya karena kalah
dan telah menghabiskan uang dengan jumlah yang sangat besar untuk bermain
politik uang, untuknya hanya ada 4 kata : “Siapa suruh Money Politic!!”.
1 Komentar untuk " Dampak Negatif Politik Uang "
sangat berdampak negatif sekali
alat berat loader komatsu