Demokrasi dan
ekonomi
Oleh: Endrizal
Akan jauh lebih efektif jika kita
tetap konsisten mengimplementasi demokrasi seraya memperbaiki berbagai
kesalahan. Negara yang sukses menerapkan demokrasi akan lebih mudah meraih
kesejahteraan, bahkan tingkat kemakmuran yang sudah dicapai akan lebih kuat
bertahan. Itulah yang dialami negara-negara Eropa, AS, dan sekarang mulai
diterapkan negara-negara Eropa Timur.
Singapura menempuh rute yang
berbeda. Begitu pula Malaysia. Kedua negara itu lebih memprioritaskan
pembangunan ekonomi ketimbang penerapan demokrasi. Pilihan mereka membuahkan
hasil, yakni kemajuan ekonomi yang jauh lebih baik dibanding Indonesia. Tapi,
tidak ada kebebasan pers di Singapura. Peran negara begitu dominan di hampir
semua aspek kehidupan.
Di Malaysia, gerakan prodemokrasi
baru terlihat akhir-akhir ini, antara lain lewat Anwar Ibrahim. Jika ada
kerusuhan massal menuntut reformasi, tidak mustahil ekonomi Malaysia akan
kembali ambruk.
Tidak ada satu rute pun yang
mutlak berhasil dan mutlak gagal. Indonesia selama 28 tahun di bawah Presiden
Soeharto fokus membangun ekonomi. Dengan menjadikan ekonomi sebagai panglima,
pemerintah all out menjaga stabilitas keamanan dan mengontrol aktivitas
politik. Meski jumlah partai diciutkan menjadi tiga, dalam kenyataan, yang
berperan hanya Golkar sebagai single majority.
Dengan situasi keamanan dan
politik yang stabil, ekonomi berkembang mengesankan. Pada era 1980-an dan paruh
pertama 1990-an, pertumbuhan ekonomi berkisar 7-8%. Produk domestik bruto (PDB)
per kapita yang pada 1969 baru sekitar US$ 90, pada tahun 1997 mencapai US$
1.200. Infrastruktur vital dibangun di berbagai pelosok. Indonesia mencapai
swasembada pangan. Angka pengangguran dan kemiskinan menurun tajam.
Pembangunan ekonomi yang
mengabaikan demokrasi terbukti mudah luluh lantak. Aksi protes yang diwarnai
kerusuhan massal Mei 1998 meruntuhkan bangunan ekonomi yang sudah disusun tiga
dekade. Sejarah Indonesia membuktikan, pembangunan yang tidak disertai
penerapan demokrasi akan mengempaskan keberhasilan pembangunan ekonomi yang
sudah dicapai. PDB per kapita Indonesia tahun 1998 merosot menjadi US$ 513 dan
angka kemiskinan meningkat tajam, mencapai 49,5 juta orang (24,%). Ini adalah
konsekuensi dari sebuah perubahan.
Euforia reformasi 1998 mendorong
lahirnya 49 parpol tahun 1998, 24 parpol tahun 2004, dan 38 parpol tahun 2009.
Dalam demokrasi yang sedang mekar, parpol baru adalah bagian dari upaya rakyat
untuk mengekspresikan aspirasi mereka. Dalam euforia politik seperti ini kita
terus berusaha membangun ekonomi.
Walau belum sesuai harapan dan
jauh tertinggal dibanding sejumlah negara tetangga, sejumlah indikator ekonomi
selama sepuluh tahun reformasi sesungguhnya cukup mengesankan. PDB per kapita
pada akhir 1997 sudah mencapai US$ 1.900. Laju pertumbuhan ekonomi yang pada
tahun 1998 minus 13,1%, perlahan meningkat, dan pada tahun 2007 mencapai 6,3%.
Dalam empat tahun terakhir,
ekonomi bertumbuh signifikan meski dunia diguncang krisis energi, krisis
pangan, dan krisis finansial. Bencana demi bencana yang datang silih berganti
dan beban subsidi yang menghambat akibat krisis energi ikut menghambat langkah
pembangunan yang dipimpin SBY-JK. Tapi, laju pertumbuhan ekonomi 2005, 2006,
dan 2007 masing-masing 5,6%, 5,5%, dan 6,3%. Pada semester pertama 2008,
ekonomi bertumbuh 6,4%. Angka kemiskinan dan pengangguran mulai turun perlahan.
Pengalaman empiris berbagai
negara membuktikan, faktor ekonomi sangat menentukan keberhasilan penerapan
demokrasi. Masyarakat yang sudah lebih sejahtera akan menuntut demokrasi.
Karena itu, banyak pengamat yang mengaitkan keberhasilan demokrasi dengan
lahirnya kelas menengah. Semakin besar lapisan kelas menengah semakin kuat
desakan untuk demokrasi dan semakin sukses sebuah demokrasi diterapkan.
Ada pendapat bahwa negara
berpenghasilan rendah lebih membutuhkan penegakan hukum ketimbang demokrasi.
Demokrasi baru sukses diterapkan ketika PDB per kapita sebuah negara mencapai
batas aman US$ 6.600.
Teori ini tak berlaku untuk semua
dan mudah-mudahan bagi Indonesia. Jalan demokrasi sudah kita tapaki meski saat
ini PDB per kapita Indonesia baru sekitar US$ 2.000. Jika diimbangi law and
order yang baik, demokrasi yang kita terapkan akan cepat membawa bangsa ini
meraih kesejahteraan dan keadilan yang dicita-citakan.
1 Komentar untuk " Demokrasi dan ekonomi "
ijin copy ya kaka makasih
vibro alat berat