Pages

Tinjauan Psikologis Islami terhadap Pendidikan Seks remaja Aqil Baligh

Tinjauan Psikologis Islami terhadap Pendidikan Seks remaja Aqil Baligh

Kalau diklasifikasikan, maka setidaknya ada dua tipe pendekatan terhadap psikologi Islami, pendekatan pertama bahwa yang dimaksud dengan psikologi Islami adalah konsep psikologi modern yang telah mengalami proses filterisasi dan di dalamnya terdapat wawasan Islam. Jadi konsep-konsep atau teori dari aliran-aliran psikologi modern kita terima secara kritis. Menurut pandangan ini adalah membuang konsep yang kontra atau anti Islam. Mereka berpandangan bahwa psikologi modern yang ada dan telah kita kenal selama ini bisa saja kita sebut Islami asal sesuai dengan pandangan Islam. Salah satu aliran psikologi yang termasuk Islami adalah psikologi Humanistik mengungkapkan bahwa konsep tentang struktur kepribadian manusia yang dibangun tokoh-tokoh psikologi modern seperti alam sadar, pra sadar dan tidak sadar (psikoanalisis), afeksi, onani kognasi (psikologi humanistik) dapat kita pandang sebagai Islami setelah semua unsur dalam struktur kepribadian terpenuhi.
Berdasarkan keterangan di atas, maka psikologi Islami diartikan sebagai perspektif Islam terhadap psikologi modern dengan membuang konsep-konsep yang tidak sesuai dan bertentangan dengan Islam. Dalam dataran praktis pandangan di atas yaitu memberikan wawasan Islam untuk kerja psikologi. Psikologi adalah disiplin ilmu yang sekuler dan karenanya memberikan wawasan Islam terhadap konsep psikologi modern adalah suatu cara agar konsep-konsep yang dipakai mengalami filterisasi dan tidak lagi menyesatkan.
Psikologi Islami muncul setelah lembaga pemikiran Islam internasional diresmikan pendirianya  pada tahun 1980-an dijalinlah sebuah proyek besar bersama dengan Universitas Islam Islamabad Pakistan. Forum dalam bentuk seminar ini adalah monentum besar berskala Internatioanl yang mencoba menentukan arah pemikiran dan langkah-langkah lanjutan bagi upaya Islamisasi Ilmu termasuk didalamnya Psikologi Islami .
Menurut Dr. Jamaluddin Ancok bahwa Psikologi Islami adalah ilmu tentang manusia yang kerangka konsepnya benar-benar dibangun dengan semangat Islam dan berdasarkan sumber-sumber formal Islam, yaitu Al-Qur’an dan sunnah Nabi (Hadits) yang dibangun memenuhi syarat-syarat ilmiah. [1]
Psikologi Islami mengkaji tentang jiwa dengan memperhatikan badan. Keadaan tubuh manusia merupakan cerminan jiwanya bentuk badan hanyalah salah satu fenomena kejiwaan dalam menyimpulkan manusia, psikologi Islami melihat manusia tidak semata-mata dari tindakan yang dihasilkan oleh badan saja namun bermaksud menjelaskan manusia secara menyeluruh dan hanya Tuhan yang berhak menilai secara keseluruhan. Tanggung jawab psikologi Islami berbeda dengan psikologi barat yang hanya menerangkan, memprediksi, dan mengontrol manusia. Maka tugas psikologi Islami lebih luas lagi yaitu menerangkan, memprediksi, mengontrol dan mengarahkan manusia untuk mencapai ridha-Nya dengan demikian kehadiran psikologi Islami dipenuhi dengan suatu misi besar yaitu menyelamatkan manusia dan mengantarkan manusia untuk memenuhi kecenderungan alaminya kembali pada-Nya dan memperoleh ridho-Nya.
Psikologi Islami disusun dengan memakai Al-Quran sebagai acuan utamanya. Sementara Al-Qur’an sendiri diturunkan bukan semata-mata untuk kebaikan umat Islam, tetapi untuk kebaikan umat manusia seluruhnya, oleh karena itu dengan bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa Psikologi Islami dibangun dengan arahan untuk kesejahteraan seluruh umat manusia didunia 
Berbicara mengenai pendidikan seks tidak lepas ari pro dan kontra, disamping orang yang menyetujui dengan disosialisasikan pendidikan seks ada sebagian anggota masyarakat yang menolak. Alasan bagi mereka yang menolak bahwa masalah tersebut adalah tabu mereka menganggap bahwa seks itu adalah kotor, cabul an tabu karena itu menurut mereka seks tidak perlu untuk disosialisasikan ataupun diajarkan.
Tumbuhnya persepsi semacam itu antara lain disebabkan merembesnya faham-faham ajaran Gereja masehi pada abad pertengahan di Eropa ke dalam benak umat Islam [2] Di samping itu juga karena pendapat mereka sedikit banyak mendapat dorongan secara nyata dengan meluasnya dekadensi moral dan gejala yang tidak sehat dalam masyarakat dewasa ini seperti kebejatan moral yang ada dalam dunia remaja yang banyak kita jumpai saat ini di berbagai kota dan lingkungan, pemerkosaan, perselingkuhan, free seks, dan bentuk dekadensi moral yang lain.
Betapapun banyak orang beranggapan bahwa masalah seks amatlah tabu untuk dibahas dan dibicarakan namun kenyataan sehari-hari tidak lepas dari kebutuhan seks. Seks adalah kebutuhan asasi setiap manusia. Karena termasuk kebutuhan dasar manusia yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari.




Artinya : “Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan pada apa-apa yang  diingini yaitu : wanita-wanita, anak-anak.”(Q.S. Ali Imron : 14)

Bagaimanapun juga, seks merupakan masalah yang tetap hidup selalu dibicarakan oleh setiap orang baik kalangan awam, menengah maupun elit namun karena mereka dibatasi tabu, pembicaraannya terbatas.
Namun demikian banyak juga para ahli yang mendukung agar pendidikan seks disebarluaskan, sebab menurut mereka tanpa adanya pendidikan seks remaja aqil baligh justru selalu ingin tahu apa yang terkandung di balik kata seks sehingga orang selalu merahasiakannya. Dorongan ingin tahu inilah yang perlu untuk dijembatani, kalau tidak dipenuhi dengan bimbingan dan arahan yang benar, dikhawatirkan mereka memiliki anggapan yang salah mengenai persoalan-persoalan yang berkaitan dengan seks. Lebih bahaya lagi ketika remaja aqil baligh memperoleh pengetahuan seks dari VCD porno, majalah, tabloid, maupun bentuk sumber media yang lain. Kalau keadaan yang demikian ini dibiarkan, tanpa ada usaha untuk memberikan pendidikan seks yang sesuai dengan Syari’at Islam, tidak mustahil sepuluh tahun yang akan datang kita akan menjumpai zaman yang a-moral, remaja aqil baligh memandang seks hanya sebagai nafsu kebinatangan.
Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin untuk mengatur umat manusia sampai pada akhir zaman dalam segi dan sisi kehidupan manusia dalam segala aspeknya . Islam memberi arah kepada umat manusia didalam hukum fiqh yang menyangkut seluruh aspek kehidupan membahas segala persoalan kehidupan termasuk di dalamnya masalah seks.
Pendidikan seks ialah membimbing  serta mengasuh seseorang agar mengerti dan memahami tentang arti, fungsi dan tujuan seks sehingga dapat menyalurkan kejalan yang semestinya. Dengan mengajar memberi pengertian dan mejelaskan  masalah-masalah yang menyangkut seks berarti memberi pengetahuan mengenai seluk beluk organ seksual anatomi dan psikologi seksual agar seseorang memahami arti, fungsi dan tujuan seksual, sehingga pada waktunya nanti bisa menjalankan atau mempraktikan kebutuhan seks secara benar sesuai dengan syariat agama. Dapat diketahui bahwa pendidikan seks mempunyai ruang pembahasan  yang luas dan komplek. Pendidikan seks bukan hanya mengenai penerangan seks karena hubungan heteri sexual yaitu seseorang yang mempunai keinginan seks hanya pada lawan jenis bukan semata-mata menyangkut masalah biologis atau fisiologis tentang kehidupan seksual saja tetapi meliputi soal-soal psikologi, sosio kultural, agama dan kesehatan.
Dalam pendidikan seks dapat dibedakan antara sex intruksion dan seks educational in sexuality. Seks intrukcion  ialah penerangan mengenai anatomi tubuh seperti tumbuhnya rambut disekitar ketiak dan disekitar alat kelamin dan mengenai biologi dari re-produksi yaitu proses berkembang biak melalui hubungan kelamin untuk mempertahankan jenisnya, termasuk disini pembinaan keluarga. Sedangkan  educational sexsuality meliputi bidang-bidang etika, moral, fisiologi ekonomi dan bidang bidang yang lainyayang dibutuhkan agar seseorang dapat memahami dirinya sebagi individu seksual serta mengadakan hubungan interpersonal yang baik dengan demikian bahwa sex instrukcion tanpa educational in sexsualiti dapat menyebabkan promiscuity (pergaulan dengan siapa saja)dan hubungan seks dengan siapa saja.
Di Indonesia angka kehamilan remaja pra nikah sulit untuk diketahui dengan pasti, statistik kehamilan remaja belum sampaui saat ini belum ada, namun berita didalam media massa tentang hasil-hasil penelitian menunjukkan kecenderungan semakin meningkat. Persolan semacam ini akibat dari  kurangnya kematangan psikologis remaja mengenai proses kematangan dirinya baik fisik,mental maupun emosional dalam hubunganya dengan seks



Artinya : “Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (dirinya), sehingga Allah SWT. memampukan mereka dengan karunia-Nya.”(Q.S. An-nur : 33).

Termasuk bimbingan seks pada remaja aqil baligh adalah menjalankan puasa apabila ia belum mampu untuk kawin. Puasa artinya disini tidak hanya sekedar menahan haus dan lapar dari terbitnya matahari sampai terbenam, namun yang lebih penting adalah menahan nafsu syahwat sebagai inti dari segala nafsu dan sangat sulit bagi seseorang untuk menahanya sehingga remaja dilatih untuk menahan nafsu makan dan minum (berpuasa) sehingga dapat melatih nafsu syahwat  untuk dapat ditahan.  Dengan demikian, pendidikan seks tidak tabu sebagaimana anggapan sebagian masyarakat namun sebaliknya pendidikan seks perlu untuk secepatnya disosialisasikan karena sangat erat sekali hubungannya dengan akhlak dan moral serta hukum Islam, kebutuhan seks perlu arahan dan bimbingan serta nasehat sehingga berjalan secara wajar sesuai dengan yang digariskan Syari’at Islam.
Dengan demikian pendidikan seks tidak tabu sebagaimana anggapan dari sebagaian masyarakat. Sebaliknya pendidikan seks perlu disosialisasikan, karena erat hubunganya dengan masalah ahklak dan hukum Islam. Kehidupan seks itu perlu arahan dan bimbingan sehingga berjalan dengan wajar, sopan dan seimbang dan yang lebih penting lagi tidak menyimpang dari syari’at Islam



[1] Dr. Djamaludin Ancok, Psikologi Islami, Pustaka Pelajar, Yogyakarta 2000. Hal 149.

[2] Ayib Syafrudin, Islam dan Pendidikan Seks Anak, CV. Pustaka Mantiq, Solo, hal. 25
.
Share this article :
+
0 Komentar untuk " Tinjauan Psikologis Islami terhadap Pendidikan Seks remaja Aqil Baligh "

Powered by Blogger.

Komentar

Paling Dilihat