Pages

Kepemimpinan Darah Muda

Kepemimpinan Darah Muda


Pada tangal 16 Agustus 1945 pukul 04.30 WIB sejumlah pemuda melakukan penculikan terhadap tokoh utama Indonesia pada saat itu, yaitu Soekarno dan Hatta. Soekarno dan Hatta diamankan ke Rengasdengklok dan kemudian didesak agar mempercepat proklamasi. Dan akhirnya terjadi kesepakatan antara golongan tua yang diwakili oleh Soekarno, Hatta, dan Mr. Ahmad Soebardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi dilaksanakan. Pertemuan tersebut menghantarkan pada hari besar kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945.
Sejarah memang membuktikan bahwa pemuda memegang peranan yang cukup besar dalam tiap-tiap perjuangan dan pembangunan bangsa. Sehingga sempat muncul suatu trust pada masyarakat untuk lebih percaya dan menggantungkan cita-cita serta harapan mereka di pundak para pemuda dibandingkan dengan pemerintah yang berkuasa. Bagi mereka, pemuda adalah agen perubahan, dan satu-satunya elemen di masyarakat yang masih dapat dipercaya untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat sebagai warga negara. Akan tetapi pada saat ini trust tersebut sudah tidak ada. Patut disayangkan bahwa nampak ada kecenderungan bahwa semakin banyak orang yang pesimis terhadap peranan pemuda dewasa ini. Dari sikap dan tingkah laku para pemuda, msyarakat memperlakukan pemuda bukan lagi sebagai agen perubahan bagi negara.
Serbuan kapitalisme dalam wujud 3F (food, fashion, and film) membuat kaum muda tergiring ke dalam dunia konsumerisme dan materialisme. Gaya hidup remaja masa kini khususnya di kota-kota besar banyak dipengaruhi gemerlapnya kota besar yang serba glamour. Beberapa tingkah laku mereka antara lain cenderung bersifat apatis, asyik ngerumpi sembari merokok, dan bergerombol, mejeng di mall, penyimpangan perilaku sosial serta perilaku seksual yang semakin mengkhawatirkan. Budaya tawuran, perkelahian pelajar seolah merupakan penyakit warisan yang sulit disembuhkan. Pandangan negatif terhadap generasi muda oleh masyarakat kemudian semakin diperparah dengan lebih banyaknya porsi yang diberikan oleh media pada kegiatan-kegiatan pemuda yang dinilai kurang bermanfaat dan hanya mementingkan kepentingan pribadi. Lihat saja acara reality show yang hanya menampilkan romantisme kehidupan asmara anak muda. Pemuda tidak  lagi terkenal dengan keidealismenya memperjuangkan hak-hak rakyat. Pemuda tidak lagi dikenal sebagai agen perubahan yang tak kenal lelah memberikan kritik konstruktif kepada pemerintah yang berkuasa. Pemuda hanya dikenal sebagai generasi santai yang terbuai arus konsumerisme dan materealisme.
Pandangan-pandangan pesimis terhadap generasi muda tidak akan pernah berubah dan terus menuju degradasi yang semakin tajam apabila para pemuda itu sendiri masih menunjukkan sikap yang kurang baik dan tidak melakukan perubahan pada dirinya. Kini saatnya bagi kaum muda untuk tampil kembali sebagai pemimpin guna mengembuskan angin perubahan. Tidak hanya dengan memberikan kritikan-kritikan namun dengan tindakan-tindakan konkret yang dapat menyentuh akar rumput masyarakat secara langsung. Suatu kondisi yang sebaiknya dipahami oleh para generasi muda adalah bahwa tidak ada kondisi yang ideal yang ada hanya kondisi aktual.
Kondisi aktual saat ini adalah bangsa Indonesia sedang terpuruk akibat krisis multidimensi. Indonesia membutuhakan sokongan darah-darah baru untuk dapat kembali bangkit. Namun di sisi lain, kenyataannya bahwa masyarakat Indonesia mungkin saat ini tiidak lagi memandang pemuda sebagai elemen yang dapat diharapkan dan dibanggakan untuk memperjuangkan cita-cita negara. Mereka telah terlanjur pesimis dengan perilaku-perilaku generasi muda yang dipandang lebih mengarah ke hal-hal negatif. Meski banyak tantangan, kaum muda harus terus maju karena bangsa ini terus membutuhkan pemimpin baru yang memiliki semangat, idealisme, integritas, dan terutama komitmen moral untuk membangun bangsa.

Kredibilitas seseorang untuk menjadi seorang pemimpin bukan melalui dipandang dari segi usia. Layak atau tidak layaknya seseorang untuk memimpin akan lebih objektif apabila dilihat berdasarkan sudut pandang seberapa tinggi integritas, berkomitmen, serta pemahaman mengenai masyarakat yang ia pimpin beserta individu-individu didalamnya. Para generasi muda harus berani dan percaya diri bahwa mereka mempunyai kelebihan-kelebihan seperti kompetensi, integritas, kapabilitas, kreativitas, progresifitas, idealisme dan terutama komitmen moral untuk membangun bangsa yang dapat dijadika modal untuk menjadi seorang pemimpin. Dengan modal demikian, dan tanpa melupakan para generasi tua untuk selalu dihormati sebagai guru, sebagai orang yang patut kita contoh dan jadikan teladan, maka menjadi seorang pemimpin bukanlah hal yang mustahil. Generasi muda pasti bisa. Ketahuilah bahwasanya pemuda itu adalah tumpuan suatu bangsa, bukan untuk masa lalu melainkan untuk masa yang akan datang.
Share this article :
+
0 Komentar untuk " Kepemimpinan Darah Muda "

Powered by Blogger.

Komentar

Paling Dilihat