Pages

SUMPAH PEMUDA dan KUALITAS GENERASI MUDA

Generasi Muda dari Masa Ke Masa
(Refleksi Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928)
Oleh: Endrizal, M.A.*

"Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kugoncangkan dunia," Bung Karno mengemukakan hal itu dalam pidato kenegaraan di masa jayanya. Dalam pikirannya, pemuda digambarkan sosok unggul, pilihan, bergairah, bergelegak dan bergelora secara fisik, psikis, intelektual, serta yang terpenting sikapnya. Pemuda sosok superior, progresif, revolusioner dengan api berkobar-kobar, dan bara spirit yang menyala-nyala.
Berbagai hal menyangkut perubahan, selalu dikaitkan peranan pemuda. Sejarah membuktikan itu. Di berbagai belahan dunia, perubahan sosial-politik menempatkan pemuda di garda depan. Peranannya menyeluruh, tak hanya mata air, tapi juga hulu, hilir sampai muara, bahkan pemuda sebagai air atau sumber energi perubahan.
Dalam sejarah Indonesia, dari prolog sampai epilog kemerdekaan, pemuda memiliki peranan luar biasa sebagai "avant garde" (ujung tombak) perubahan. Tonggak kebangkitan lahirnya kesadaran "berbangsa", dimulai sejak pemuda membuat "komunike politik kebangsaan" 28 Oktober 1928. "Satu tumpah darah, satu bangsa, dan satu bahasa"...adalah penegasan sikap revolusioner di tengah tekanan kolonial Belanda yang represifitasnya memuncak pasca pemberontakan politik tahun-tahun sebelumnya.
Sumpah Pemuda 1928, jadi ikon sejarah politik kebangsaan. Lalu melahirkan "tsunami" kesadaran bagi kaum pergerakan, sampai klimaks proklamasi kemerdekaan.
Berapa banyak rentetan sejarah bertinta emas yang telah ditorehkan oleh generasi muda Indonesia. Kebangkitan Nasional, Sumpah Pemuda, Revolusi Pemuda 1945, gerakan mahasiswa angkatan 66, 74, 78, 80-an, 90-an adalah fakta-fakta sejarah yang tidak bisa dipungkiri oleh siapapun. Warisan sejarah inilah yang kelak senantiasa menjadi idealisasi bagi kaum muda, khususnya mahasiswa pada generasi setelahnya itu, menjadi semacam “panggilan sejarah” dari generasi ke generasi, dan sekaligus pembangkit menuju kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam gerakannya, pemuda senantiasa mengedepankan gerakan moral dan bukan gerakan politik. Gerakan pemuda tidak pernah diarahkan kepada usaha-usaha untuk merebut kekuasaan atau mengambil alih kekuasaan untuk dirinya. Sejarah telah memperlihatkan kepada kita bahwa gerakan pemuda tidak lebih dari sebuah katalisator yang membantu mempercepat pergantian kepemimpinan dari yang dianggap tidak baik menuju pemimpin yang diharapkan akan lebih baik.
Sebagai gerakan moral, pemuda berbicara masalah ketidakadilan, kesewenang-wenangan, praktek-praktek penyimpangan kekuasaan, korupsi kolusi nepotisme (KKN) dan isu-isu yang menyangkut kepentingan rakyat banyak. Gerakan moral selalu membawakan perasaan orang banyak, dan ia akan memperoleh dukungan yang luas dari masyarakat.
Stigma bahwa pemuda adalah agen perubah (Agent of Change), kontrol sosial (Social Control), dan cadangan berharga masa depan (Iron Stock) yang disematkan oleh berbagai kalangan termasuk masyarakat luas telah menjadi beban sejarah tersendiri bagi generasi muda kita. Tetapi, disisi lain hal ini sekaligus sebagai suatu stimulan dan pengingat bagi setiap generasi muda akan tanggung jawabnya yang besar terhadap masyarakat, bangsa dan negara. Sjahrir pernah berujar “Perjuangan kaum muda yang terpelajar haruslah membawa semangat kerakyatan. Supaya ia jangan merendah menjadi binatang berkelahi saja. Ia harus dapat menjadi pemuda yang revolusioner, yaitu pemuda yang bercita-cita dan mempunyai kesadaran serta pengertian yang jernih tentang duduk perjuangan untuk rakyat kita serta kemanusiaan” (lihat, Perjuangan Kita).
Sebenarnya, kita generasi muda sekarang ini, secara tidak langsung telah dibebani oleh suatu tanggung jawab moral yang telah dirintis oleh generasi sebelumnya. Dimana stigma yang telah dibangun oleh masyarakat, bahwa generasi muda adalah sebagai Agen of change, Social Control, dan Iron Stock, telah menjadi landasan dan idiologi dari perjuangan kaum muda. Tapi sekarang ini kita sering lupa akan tanggung jawab dan pelabelan yang diberikan oleh masyarakat kepada kita generasi muda. Sebenarnya apa yang terjadi pada kita generasi muda, apa penyebab kemandulan pergerakan pemuda sekarang ini?. Permasalahan ini adalah sebuah ironi yang harus kita pecahkan dan mencari solusi  secara bersama. 
Kehilangan Arah
Rasanya tidak terlalu berlebihan kalau dikatakan bahwa generasi muda sekarang ini diumpamakan sebagai macan ompong yang kehilangan taringnya. Teriakan kaum muda sekarang ini hampir tidak didengarkan lagi, kita sering melihat gerakan pemuda turun kejalan-jalan untuk mengusung isu nasional yang berhubungan dengan keadilan sosial, penegakan hak asasi manusia, tapi toh itu semua hanya berakhir sebagai wacana dan tanpa ada tindak lanjutnya. Dalam hal ini, kita tidak bisa menyalahkan siapapun, tapi ini adalah sebuah pelajaran bagi kita generasi muda untuk berbenah diri, dan belajar dari kesalahan.
Pergerakan mahasiswa sekarang ini sangat jauh berbeda dari pergerakan mahasiswa yang terjadi pada era 1998, ketika penggulingan rezim otoriter orde baru. Kalau kita cermati secara seksama pergerakan mahasiswa yang terjadi pada era 1998 tersebut bisa dibilang berhasil, karena semua elemen mahasiswa bersatu demi satu tujuan yang dikenal dengan istilah “Reformasi”, tanpa melihat perbedaan sedikitpun. Kalau kita menariknya kedalam kontek sekarang ini maka perjuangan mahasiswa bisa digolongkan hanya sebatas wacana dalam kepala tanpa direalisasikan dalam dataran praksisnya.
Sekarang ini, gerakan pemuda seolah-olah kehilangan moral yang menjadi basis dari pergerakan mereka. Gerakan moral (moral force), istilah yang sangat mempesona dan menarik sekali, karena berbicara tentang moral berarti berbicara tentang suara hati yang senantiasa merefleksikan kebenaran universal, menolak segala bentuk penindasan, kesewenang-wenangan, dan otoriterianisme kekuasaan. Kekuatan moral (moral force) adalah kekuatan abadi yang takkan pernah mati selama ada manusia yang jujur dengan nuraninya.

Tampaknya pergerakan pemuda sekarang ini tidak lagi megutamakan kepentingan rakyat tapi lebih kepada kepentingan individu dan kelompok. Tidak bisa kita pungkiri bahwa kebanyakan generasi muda sekarang ini lebih cendrung berhappy-happy, hidup bergaya hedonoisme, dan lebih mengutamakan emosi dari pada rasio. Secara tidak langsung kita telah melupakan tanggung jawab yang telah diamanatkan kepada kita oleh generasi sebelumnya. Sekarang Pemuda lebih banyak melakukan peranan sebagai kelompok politik dan sedikit sekali yang melakukan peranan sebagai kelompok sosial, sehingga kemandirian pemuda sangat sulit berkembang dalam mengisi pembangunan ini.
Share this article :
+
0 Komentar untuk " SUMPAH PEMUDA dan KUALITAS GENERASI MUDA "

Powered by Blogger.

Komentar

Paling Dilihat